Yogyakarta, Hari Kamis, 20 April 2023 akan terjadi Gerhana Matahari Hibrid di wilayah Indonesia termasuk di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Bagi umat muslim sangat dianjurkan melaksanakan sholat Kusuf Al-Syamsi baik secara sendiri maupun berjama’ah.
KH. Basori Alwi Ketua Lembaga Ta’mir Masjid Nahdlatul Ulama PWNU DIY mengajak umat muslim untuk ikut hadir dalam pelaksanaan sholat Gerhana di beberapa masjid yang ada di wilayah DIY. Kiai Basori menjelaskan beberapa masjid yang akan menyelenggarakan sholat Gerhana terdata di LTMNU DIY.
Wilayah Bantul:
1. Masjid Jami’ Kodama Krapyak Kulon, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Imam & Khotib Dr. K.H. A. Zuhdi Muhdlor, S.H., M. Hum.
2. Masjid Baiturrahman Mriyan, Timbulharjo, Sewon, Bantul. Imam & Khotib: Khamid Makmun, S.Ag.
3 Masjid Attaaibiin, Mojosari, Wonolelo, Pleret, Bantul. Imam & Khotib: Mochamad Chabib Nawawi, S.Pd.I.
Wilayah Kulon Progo:
Masjid Al Huda Gebangan, Jamus, Pengasih, Pengasih, Kulon Progo. Imam & Khotib: Sukardi R.A.
Wilayah Kota Yogyakarta:
1. Masjid Diponegoro, Kompleks Pemerintah Kota Yogyakarta. Imam & Khotib : H. Abdul Halim, S.Ag.
Pelaksanaan
Shalat gerhana matahari ini dilaksanakan dengan dua rakaat. Setiap rakaat dilakukan dua kali berdiri, yakni setelah rukuk pertama, berdiri lagi diikuti dengan membaca surat Al-Fatihah dan surat lain.
Adapun cara shalat gerhana matahari berjamaah, sebagaimana dilansir NU Online dalam tulisan Tata Cara Lengkap Shalat Gerhana Matahari adalah sebagai berikut :
1. Sebelum shalat ada baiknya seseorang melafalkan niat terlebih dahulu sebagai berikut:
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا\إِمَامًا لِلّٰهِ تَعَالَى
2. Melafalkan niat di atas di dalam hati diiringi takbiratul ihram;
3. Mengucap takbir ketika takbiratul ihram sambil niat di dalam hati,
4. Membaca doa iftitah;
5. Baca ta‘awudz dan Surat Al-Fatihah;
6. Setelah itu baca salah satu surat pendek Al-Quran dengan sir (perlahan);
7. Rukuk dengan membaca tasbih;
8. I’tidal dengan menaruh kedua tangan kembali di bawah dada;
9. Baca ta‘awudz dan Surat Al-Fatihah;
10. Setelah itu baca salah satu surat pendek Al-Quran dengan sir (perlahan);
11. Rukuk dengan membaca tasbih;
12. I’tidal dengan membaca bacaan I’tidal;
13. Sujud pertama diikuti membaca tasbih;
14. Duduk di antara dua sujud;
15. Sujud kedua sembari membaca tasbih;
16. Duduk istirahat atau duduk sejenak sebelum bangkit untuk mengerjakan rakaat kedua;
17. Bangkit dari duduk, lalu mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang sama dengan rakaat pertama. Durasi pengerjaan rakaat kedua lebih pendek daripada pengerjaan rakaat pertama;
18. Setelah sujud kedua pada rakaat kedua, duduk tasyahud untuk membaca tasyahud akhir;
19. Salam;
20. Istighfar dan doa.
Macul Langit untuk Indonesia Damai dan Sejahtera
Wakil Katib Syuriah PWNU DIY KH. Beny Susanto menyampaikan selamat atas Harlah pertama Majelis Dzikir dan Sholawat Macul Langit yang dipimpin Gus Yusuf (Yusuf Saiful Anwar bin Kyai Imam Basuni).
Kehadiran majelis Macul Langit pada fase abad kedua Islam berakidah Aswaja An-Nahdiyah, di Prambanan Sleman terus membawa berkah dan rahmat untuk semua umat, bangsa dan negara Indonesia. NU (struktur dan kultur) berjalin kokoh dengan tekad untuk terus hadir, bekerja sama merawat jagat dan membangun peradaban.
Tidak ada perbedaan, kaya, miskin, pejabat, buruh, petani dan pedagang, bahkan orang jalanan, muslim-non muslim bisa menyatu dalam Macul Langit. Semua bergembira, bersholawat, menyanyikan lagu kebangsaan, perjuangan, berdoa dan mengadukan problem kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pada peringatan hari lahir pertama Majelis Macul Langit telah mampu mengumpulkan 5000 jamaah. Berawal dari majelis kecil 7 orang, setiap malam Senin, bergilir, berkembang menjadi ratusan dan ribuan. Semua orang dipandang sama dengan penuh cinta dan kasih sayang sebagai umat Rasulullah Muhammad SAW.
Kegembiraan, kebahagian jamaah Macul Langit menjadi ekspresi syukur dan terus berikhtiar untuk Indonesia yang damai dan sejahtera. Bahkan untuk laku tirakat, di Makam Wotgaleh setiap malam Kamis dengan doa bersama, 100 ribu sholawat Jibril terus berlangsung selama empat tahun ini.
Tingkat pertumbuhan ekonomi DIY 5,82%, seiring perkembangan aktivitas pariwisata, pendidikan berada di atas angka pertumbuhan ekonomi nasional 5,72%. Secara nasional pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022, 5,72% meninggalkan jauh di atas China 3% dan Amerika 2,1%.
Dampak pandemic covid-19 dan perang Rusia-Ukraina bisa mendorong gejala resesi global. Visi G20 recover together, recover strongger semakin sulit diwujudkan akibat peperangan yang masih berlangsung. Tahun politik 2023, para investor lebih bersikap wait and see dalam investasi. Bagi Macul Langit, taka da berpangku tangan, saat siang hari untuk mencangkul bumi dan malam hari untuk mencangkul langit.
Oleh karena itu, agar suasana tetap kondusif, kinerja ekonomi tetap positif menjadi kebutuhan dan tugas bersama dengan “menebar kasih dan menjaga perdamaian”. Bukankankah hal ini merupakan ibadah, berjuang memuliakan Keagungan Tuhan Yang Maha Esa (Ijlaalan Li’uzdmatillaah) dan kasih sayang untuk semesta (rahmatan lil ‘alamiin) bukan?
Gesikan, 3 Maret 2023
KH. Beny Susanto, S.Ag, MSI (Wakil Katib Syuriah PWNU DIY dan Pengasuh Ponpes Sunan Kalijaga Gesikan)
Hadapi Tantangan Demokrasi, Anggota MPR RI Gandeng Pihak Kampus
Tantangan demokrasi di Indonesia didominasi oleh politik transaksional dan maraknya penyebaran informasi hoaks. Padahal, kualitas kepemimpinan ditentukan oleh proses pemilihan pemimpin. Pemilih perlu lebih cermat dalam melihat rekam jejak dan pengkaderan calon pemimpin.
Penyataan tersebut disampaikan oleh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A. dalam Seminar Kebangsaan bertajuk “Penguatan Kontribusi dalam Pembangunan Demokrasi Pasca-Tri Dharma Perguruan Tinggi” di Aula Gedung Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Provinsi D.I. Yogyakarta pada Selasa (28/02) pagi.
“Perguruan tinggi sering gamang terlibat dalam wilayah politik, khawatir dianggap partisan dan tidak independen. Padahal kampus adalah kawah candradimuka mempersiapkan pemimpin bangsa. Padahal, peran perguruan tinggi sangat dibutuhkan dalam rangka mengcounter tantangan demokrasi hari ini,” ujar Senator asal Yogyakarta tersebut.
Menurut pria yang akrab disapa Gus Hilmy tersebut, peran perguruan tinggi dapat dimaksimalkan pada sisi kontrol sosial. Peran pertama sebagai pengawas dan pemantau pemilu. Perguruan tinggi berfungsi sebagai penjaga etika dan sistem nilai yang sangat dibutuhkan agar proses demokrasi tidak tercederai.
Peran kedua sebagai fasilitator. Perguruan tinggi, menurut Gus Hilmy, jangan apatis dan anti-politik. Momentum 2024 dapat dimanfaatkan kampus untuk melakukan pendidikan politik kepada masyarakat agar tidak terlibat dalam berbagai bentuk kecurangan, memilih calon yang berkualitas, memberi pemahaman soal-soal kelembagaan yang akan dihasilkan oleh pemilu, baik melalui seminar, maupun kampanye.
Peran ketiga sebagai advokasi. Kampus harus menjadi pembela hak-hak rakyat ketika terjadi proses pelanggaran hak-hak masyarakat. Kampus bisa membuka posko pengaduan pemilu.
Dan peran keempat sebagai edukator. Dengan tingkat pendidikan masyarakat kita yang belum sepenuhnya melek politik, pendidikan politik bagi masyarakat sebenarnya bisa diambil oleh kampus, yaitu dengan mendorong partisipasi pemilih pemula, di samping meningkatkan partisipasi politik.
“Peran sosial ini tidak hanya menjadi tanggung jawab perguruan tinggi, tetapi juga siapa saja yang pernah terlibat dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi. Tri Dharma ini semestinya tidak lepas dari seorang mahasiswa ketika ia lulus, tetapi justru semakin kuat dengan menjadikan Tri Dharma sebagai pijakan dalam berkarya secara nyata di masyarakat,” kata pria yang juga sebagai Katib Syuriah Pengurus Besar Nadlatul Ulama tersebut.
Acara yang bekerja sama dengan Ikatan Alumni Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta tersebut, juga menghadirkan Rektor UPNV Yogyakarta Prof. Dr. M. Irhas Effendi, M.Si dan Ketua Umum Ikatan Alumni (IA) UPNV Yogayakarta H. Zahrul Azhar A, S.IP., M.Kes. Peserta yang hadir merupakan alumni UPNV Yogyakarta lintas jurusan dan angkatan.
Ketua Umum IA UPNV Yogyakarta menyatakan bahwa alumni perguruan tinggi memiliki kasta tertinggi dalam penyelenggaraan demokrasi di Indonesia.
“Sebagai pemilik kasta tertinggi, para alumni perguruan tinggi semestinya menjadi subjek dalam demokrasi kita. Di antara jalannya adalah terlibat dalam politik. Tetapi perlu ditekankan bahwa politik ini sebagai alat, sebagai wasilah, sementara tujuannya adalah kemanusiaan,” ujar pria yang juga Wakil Rektor Bidang Pengembangan dan Kerja Sama Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang tersebut.
Sementara Prof. Irhas menekankan kesadaran pemilih terhadap calon yang dipilihnya. Setiap pemilih, menurutnya harus tahu visi dan misi para calon pemimpin.
“Faktor utama dalam kepemimpinan kita justru terletak pada pemilihnya. Jangan sampai kalah dengan berbagia iming-iming tanpa melihat visi dan misi calon yang kita pilih. Selain itu, syarat seorang pemimpin harus memiliki komitmen yang kuat dan memegang teguh nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI 1945,” ujar Guru Besar Ilmu Ekonomi dan Bisnis tersebut.
Hewan yang Terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Tidak Sah untuk Kurban
Hewan Kurban. Salah satu syiar agama Islam adalah berkurban (udhhiyyah). Berkurban dilakukan dengan cara menyembelih hewan ternak pada waktu-waktu tertentu, yaitu dimulai dari Hari Raya Kurban (10 Dzulhijjah) sampai berakhirnya Hari Tasyriq (13 Dzulhijjah).
Hukum berkurban itu sendiri adalah sunnah mu’akkadah dan berlaku secara kifayah bagi satu keluarga. Konsekuensinya bila salah satu anggota keluarga sudah melaksanakan kurban, maka seluruh anggota keluarga akan mendapatkan keutamaan pahala kurban.
Sementara hikmah berkurban paling agung adalah agar kita senantiasa mengingat Allah swt. Allah swt berfirman:
“Bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang Dia karuniakan kepada mereka berupa hewan ternak. Tuhan kalian ialah Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu serahkan diri kalian kepada-Nya. Sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).”
Ayat ini mengisyaratkan kandungan hikmah ibadah kurban. Hikmah utama dari ibadah kurban adalah agar manusia senantiasa mengingat Allah swt. Selain itu, dalam ayat ini Allah swt juga hendak menegaskan bahwa Nabi Muhammad saw diutus tak lain untuk melanjutkan ajaran-ajaran Nabi Ibrahim yang saat itu perlahan ditinggalkan.
Ibadah kurban lebih afdal dari sedekah biasa karena di dalam kurban sudah terkandung dimensi sedekah di samping pula terkandung dimensi sebagai salah satu syiar Allah. Seseorang boleh bersedekah dengan apa saja yang ia mampu meski dengan kondisi tidak sempurna baik hewan maupun lainnya. Namun tidak demikian dengan ibadah kurban. Tidak sembarang hewan dapat dijadikan kurban. Ada kriteria tertentu bagi hewan yang bisa dijadikan kurban. Pertama, dari segi usia.
Ibnu Qasim Al-Ghazzi menyebutkan kriteria usia hewan yang sah dijadikan kurban adalah domba berumur 1 tahun menginjak umur 2 tahun, kambing berumur 2 tahun menginjak umur 3 tahun, unta berumur 5 tahun menginjak umur 6 tahun, serta sapi berumur 2 tahun menginjak umur 3 tahun.”
Kedua, hewan tersebut harus terbebas dari cacat. Ada beberapa cacat yang manshush (dinyatakan Nabi Muhammad saw langsung) melalui sabdanya:
Tidak sah dijadikan hewan kurban (Jawa: picek), (2) yang jelas-jelas dalam keadaan sakit, (3) yang kakinya jelas-jelas pincang, dan (4) yang badannya sangat kurus dan tak berlemak.
Berdasarkan hadis ini para ulama bersepakat bahwa hewan ternak yang mengalami empat jenis cacat berat di atas tidak memadai untuk digunakan sebagai hewan kurban. Mereka juga bersepakat bahwa untuk kategori cacat ringan secara hukum tetap memadai. Berdasarkan hadis di atas pula, para ulama merumuskan sebuah kaidah khusus (dhabith) dalam menentukan kecacatan yang menyebabkan hewan ternak tidak mencukupi untuk dijadikan kurban.
Berkurangnya daging yang menyebabkan hewan ternak tidak sah dikurbankan ini tidak disyaratkan harus terjadi seketika. Namun seluruh hewan ternak yang dagingnya berkurang saat itu juga (hal) atau pun memiliki potensi kuat berkurang di kemudian hari (ma’al) maka hewan tersebut tidak sah dikurbankan.
Mengenai kelayakan berkurban menggunakan hewan ternak yang terjangkit PMK, dokter ahli yang dihadirkan pada forum Bahtsul Masail LBM PBNU pada 31 Mei 2022 memberikan fakta-fakta sebagai berikut;
- PMK adalah salah satu penyakit viral yang bersifat akut, sangat menular pada ternak (hewan berkuku belah), terutama sapi, kerbau, kambing, domba, babi, rusa, kijang, unta, dan gajah.
- Gejala klinis yang ditemukan pada hewan yang terjangkit PMK terkategori ringan adalah munculnya lesi di lidah dan gusi, demam hingga suhu tubuh mencapai 40-41 derajat celcius, nafsu makan menurun, lesi pada kaki, dan beberapa gejala lainnya. Pada tahapan gejala ringan ini hewan akan mengalami penurunan berat badan kisaran 1-2 kilogram per hari tergantung perawatan dan penanganan yang dilakukan. Sementara gejala klinis kategori berat ditandai dengan lepuhan besar yang jika pecah maka akan meninggalkan luka, pincang, penurunan berat badan, penurunan produksi susu secara signifikan, bahkan bisa sampai pada kematian hewan ternak.
- Daging hewan seperti sapi, kambing, domba, yang terjangkit PMK tetap aman untuk dikonsumsi, termasuk susu, atau pun organ lain yang bisa dikonsumsi. Namun, ada bagian organ tertentu seperti jeroan yang memerlukan penanganan khusus.
Dari sini bisa disimpulkan bahwa gejala klinis hewan yang terjangkit PMK memiliki titik persamaan dengan beberapa contoh yang tersebut dalam hadis dan memenuhi kriteria ‘aib (cacat) sebagaimana dijelaskan di atas. Titik persamaan tersebut antara lain berupa penurunan berat badan pada gejala ringan, pincang, dan kematian. Dengan demikian hewan ternak yang terjangkit PMK dan bergejala klinis ringan–apalagi bergejala sedang dan berat–tidak mencukupi syarat untuk dijadikan hewan kurban.
Untuk lebih mengetahui dalil dari pernyataan-pernyataan di atas, silakan download di sini
Rumah Tangga Sebagai Salah Satu Pintu Rezeki
Rezeki merupakan sarana bagi makhluk untuk hidup dalam kesejahteraan. Bagi manusia, rezeki yang dimaksud tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti makan dan minum saja, melainkan juga kebutuhan-kebutuhan sekunder yang dapat menunjang peran dan posisinya. Hal ini tidak terlepas bahwa manusia memiliki pikiran. Manusia berpikir untuk mencapai suatu posisi tertentu sehingga dapat memberikan peran tertentu pula. Salah satu yang ditempuh adalah pemenuhan rezeki.
Pemenuhi rezeki ini tidak selalu memiliki arti yang negatif. Bahkan, pemenuhan terhadap rezeki merupakan perintah Allah SWT yang sudah disabdakan dalam Alqur’an.
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah Telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya. (QS. 5: 88)
Ya. Allahlah satu-satunya pemberi rezeki bagi kita. Rezeki yang halal adalah rezeki yang diridloi Allah SWT. Dan rezeki yang halal ini dapat menjamin ketenteraman hidup kita, ketenteraman kehidupan rumah tangga kita.
Rezeki merupakan salah satu unsur pemicu yang dapat menjadikan sebuah keluarga, apakah akan tenteram atau penuh bahtera. Pencari rezeki yang halal akan senantiasa teringat siapa yang memberikan rezeki tersebut, tetapi bagi mereka yang tidak di jalur halal, akan cenderung menganggap bahwa rezeki itu bukan dari Allah, melainkan dari usahanya sendiri. Padahal, Allah SWT jelas-jelas sudah berfirman,
Katakanlah: “Siapakan yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah”, dan Sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata. (QS. 34: 24)
Oleh sebab itu, mencari rezeki yang halal merupakan kewajiban kita sebagai hamba Allah. Sebisa mungkin hindari mencair rezeki melalui jalan yang tidak dibenarkan oleh Islam. Sebab, sekali lagi, rezeki adalah pembentuk karakter keluarga. Jika kita menginginkan keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah, rezeki yang halal adalah salah satu syaratnya. Kita bisa memilih sendiri, seperti apa karakter keluarga yang kita harapkan.
Sebaliknya, kita tidak perlu khawatir terhadap rezeki keluarga kita. Setiap makhluk yang ada di bumi ini telah dijamin oleh Allah SWT. Jika kita takut dan khawatir tidak bisa memberikan makan kepada keluarga kita, itu sama halnya meragukan kekuasaan Allah. Tentu saja dengan satu catatan, usaha yang halal. Selama kita berusaha, Allah akan memberikan jalan bagi kita, bahkan dari sisi yang tidak kita duga sama sekali.
Berkeluarga atau berumah tangga, dalam konteks ini memiliki dua fungsi, yaitu sebagai ladang ibadah dan sebagai ladang ekonomi.
Rumah Tangga Sebagai Ladang Ekonomi
Keluarga ibarat sebuah wadah. Selain wadah untuk menampung pahala sebagaimana dijelaskan pada poin sebelumnya, keluarga juga menjadi wadah bagi datangnya rezeki. Setiap anggotanya keluarga membawa rezekinya masing-masing.
Ketika kita masih single, mungkin kita belum bisa menabung sama sekali. Setiap penghasilan yang kita dapatkan hanya habis untuk keperluan sendiri. Setiap bulan mendapatkan gaji, di akhir bulan gaji itu sudah habis. Terus-menerus demikian.
Namun kondisi ini akan berubah ketika kita menikah. Meski dengan gaji yang sama, kadang gaji yang kita dapatkan cenderung cukup. Selain kepandaian mengatur keuangan, hal ini juga merupakan keberkahan menikah sebab kita menjalankan kewajiban beragama.
Pun demikian ketika kita memiliki anak, rezeki yang datang semakin tidak terduga. Dari berbagai sisi, kita tak habis-habisnya mendapatkan rezeki. Dari sini kita mulai bisa menabung dan bahkan berlebih, sudah bisa membeli rumah, kendaraan, dan lain sebagainya.
Tabungan kita akan semakin bertambah karena kita memikirkan masa depan anak. Pendidikan anak harus dipikirkan karena kebutuhan sekolah semakin tinggi, kesehatan anak, ruang bermain anak, lingkup sosialnya, dan selain sebagainya. Tabungan-tabungan itu adalah wadah bagi ladang ekonomi ini.
Kita bisa mengatur wadah-wadah itu dalam berbagai pembagian. Misalnya wadah untuk hidup sehari-hari, wadah untuk orang tua, wadah untuk anak, wadah untuk pendidikan anak, wadah sosial, dan lain sebagainya. Setiap kebutuhan kita ada wadah sendiri-sendiri. Dan rezeki akan datang untuk memenuhi wadah-wadah tersebut. Oleh sebab itu, dibutuhkan kreativitas tertentu agar wadah-wadah itu senantiasa terisi.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli). Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla,” (HR. Ahmad).
Agar berkeluarga benar-benar menjadi ladang ekonomi bagi keluarga kita, perlu kiranya kita memahami sekaligus mengamalkan empat cara Allag memberikan rezeki kepada hambanya. Semakin kita mengamalkannya, wadah itu akan semakin penuh.
-
Rezeki yang dijamin
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa setiap makhluk hidup dijamin kehidupannya oleh Allah SWT. Janji Allah itu termaktub dalam QS. 11: 6.
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allahlah yang memberi rezekinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).
-
Rezeki yang diusahakan
Allah SWT menjamin balasan atas apa yang telah dikerjakan dan diusahakan oleh hamba-Nya. Jika usaha seorang hamba bekerja setengah hari, hasilnya pun setengah hari. Jika seorang hamba bangun siang hari, ia akan kehilangan rezeki di pagi hari. Seseorang yang bersungguh-sungguh atas usaha, akan mendapatkan balasan yang maksimal dari Allah SWT. Usaha ini berlaku untuk semua makhluk.
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (QS. 53: 39)
-
Rezeki orang-orang yang bersyukur
Ketika mendapatkan rezeki, baik sedikit maupun banyak, sebaiknya kita tidak lupa bersyukur. Bersyukur berarti menyadari bahwa apa yang kita dapatkan tidak lepas dari pemberian Allah SWT. Cara bersyukur salah satunya adalah membelanjakannya menurut jalan Allah seperti menafkahi keluarga, bersedekah, membayar zakat jika telah sampai pada hitungannya. Jika kita bersyuku, Allah SWT menjanjikan akan menambah rezeki kita.
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. 14: 7)
-
Rezeki tak terduga
Ada pasti pernah mendengar rezeki nomplok, tanpa kita bersusah-susah mencari, rezeki itu datang dengan sendirinya. Rezeki ini terhitung sebagai rezeki yang istimewa. Namun tidak semua orang mendapatkannya. Hanya orang-orang yang bertakwa akan selalu dilingkupi dengan rezeki istimewa ini.
Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. 65: 3)
Rumah Tangga Sebagai Ladang Ibadah
Kunci dari berumah tangga merupakan ibadah adalah 1) diperintahkan oleh Allah SWT, dan 2) mengikuti sunnah Rasul. Dua alasan ini sudah cukup untuk membuktikan bahwa berumah tangga atau berkeluarga akan menjadi ladang ibadah bagi seluruh isi keluarga.
Allah SWT berfirman, “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (QS. 4: 3)
Ayat di atas menunjukkan betapa menikah dan kemudian berkeluarga merupakan bagian penting dalam kehidupan kaum muslim. Dengan menikah, seorang muslim dapat menyempurnakan ibadahnya, sekaligus memperpanjang usia Islam karena akan menurunkan ajaran Islam kepada anak dan cucunya.
Oleh sebab itu, apa pun yang dilakukan oleh anggota keluarga demi keluarganya, dapat dihitung sebagai suatu ibadah. Misalnya ketaatan seorang istri kepada suami menjadi ibadah tersendiri. Bahkan mencucikan pakaian suami menjadi ibadah yang pahalanya dihitung dari helai-helai pakaian yang dicuci.
Pun demikian dengan mendidik anak. Membekali anak dengan pengetahuan-pengetahuan agama merupakan upaya orang tua untuk melanjutkan ajaran-ajaran Islam. Selain itu, pendidikan anak juga merupakan bekal sekaligus investasi bagi orang tua. Kelak, ketika orang tua tak lagi mampu berbuat banyak, ada anak yang telah siap membantu dan mendoakannya. Bahkan ketika orang tua telah meninggal dunia, amal anak akan terus mengalir kepada orang tuanya.
Bagi anak, berbakti kepada orang tua juga merupakan suatu ibadah. Sebab, ridlonya Allah tergantung kepada ridlo orang tua, dan kemarahan Allah juga tergantung pada kemarahan orang tua. Terutama pada ibu, seorang anak diwajibkan mendahulukan ibunya sebanyak tiga kali daripada bapaknya.
Sementara bagi kepala rumah tangga, ibadah yang paling jelas mencari rezeki bagi keluarganya. Sepanjang perjalanan dan setiap napas yang dikeluarkan ketika bekerja akan dihitung sebagai amalan ibadah.
Contoh-contoh di atas merupakan ibadah-ibadah wajib yang harus dilakukan oleh anggota keluarga. Masih banyak lagi ibadah yang dapat dilakukan, baik yang wajib maupun sunnah. Dengan pola pikir demikian, rumah tangga akan terasa indah.
1 Abad Masjid Al Hidayah Jamprit, Bantul
Bantul, jagadbudaya.com – Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PR-NU) Desa Panjangrejo Kecamatan Pundong menyelenggarakan Rapat Koordinasi Pengurus Ranting dan Anak Ranting NU se-Panjangrejo (7/01/2020). Kegiatan dilakukan di Dusun Kantongan-Nglembu, Panjangrejo, Pundong, Bantul.
Ketua PR-NU Panjangrejo, Fauzan Lutfiyanto, dalam sambutannya menyampaikan bahwa acara koordinasi tersebut sangat penting sebagai evaluasi organisasi sekaligus memutakhirkan data-data sosial lingkungan NU. Misalnya data kemasjid, data Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) di masing-masing dusun, sekaligus bagaimana langkah lanjut atas hasil Safari Turba (Turun ke Bawah) yang telang dilakukan PR-NU Panjangrejo di seluruh dusun pada bulan Desember 2019.
“Salah satu target yang kita canangkan adalah di tahun 2019 akan dibentuk kepengurusan Anak Ranting NU di tingkat dusun di wilayah Desa Panjangrejo. Alhamdulillah, terpenuhi. Saat ini telah ada 17 Anak Ranting NU (AR-NU). Dari total 16 Dusun di Panjangrejo telah terbentuk 17 Pengurus AR-NU, untuk Dusun Jamprit dibentuk dua AR-NU karena wilayah ini ada dua masjid yang jaraknya berjauhan dan memiliki telah berjalan kegiatan ketakmiran masing-masing, di Masjid Klegen dan Masjid Jamprit,” kata Fauzan Lutfiyanto.
Sebelumnya, Pengurus Ranting dusun tersebut sudah menyiapkan blanko formulir yang kemudian divalidasi bersama dalam pertemuan Turba di masing-masing dusun bulan Desember lalu.
Dari pendataan tersebut diketahui bahwa di desa Panjangrejo terdapat 20 Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), 17 TPQ dalam naungan jam’iyah Nahdlotul Ulama, dan 3 TPQ dalam afiliasi Persyarikatan Muhammadiyah.
Ada fakta unik dan penting dari data tersebut, yaitu terdapat dua masjid yang telah berumur lebih dari satu abad, yakni Masjid Al-Hidayah di Dusun Jamprit dan Masjid Al-Mukminin di Dusun Gedangan. Masjid yang berusia sangat tua itu menurut takmirnya telah ada pada masa kolonial Belanda.
Hal ini dibuktikan dengan data dari Kemenag yang menyebutkan bahwa kedua masjid tersebut didirikan pada tahun 1918.
Menurut warga setempat, Masjid Al Hidayah Jamprit sangat mungkin ada sejak zaman penjajah Belanda. Masjid Al Hidayah adalah ‘masjid tiban’–secara harfiah artinya jatuh dari langit. Masjid sudah ada dari zaman dahulu, warga yang bermukim di sekitaran masjid tidak mengetahui persis kapan masjid ini dibangun. Warga yang tinggal di sekitaran masjid saat ini merupakan anak-cucu dari simbah-mbuyut mereka yang semasa dewasa telah menghuni lokasi itu pada era kolonial Jepang, dan keberadaan masjid sudah berdiri. Sehingga bisa jadi Masjid Al Hidayah telah ada sejak generasi leluhur sebelumnya yakni masa kolonial Belanda.
Temuan ini sebagai bukti atas pentinya Turba yang dilakukan. Selain bisa menguatkan jamaah, juga sebagai upaya untuk update inventarisir “kekayaan” NU.
KH. M. Ikhsanuddin, M. Si.: Santri Harus Paham Ekonomi Digital
Duh bolo konco prio wanito
Ojo mung ngaji syari’at bloko
Gur pinter dongeng nulis lan moco
Tembe mburine bakal sangsoro
– KH. Abdurrahman Wahid, “Syi’ir Tanpo Waton”
Syiir Gus Dur di atas mengisyaratkan bahwa sebagai umat Islam (atau cenderung mengarah kepada santri) diharapkan tidak hanya bisa bercerita, membaca, dan menulis, melainkan juga memiliki kemampuan lain yang dapat dijadikan sandaran hidup di dunia. Sebab bagaimanapun, seperti dalam hadits Rasulullah Saw, siapa yang ingin hidup di dunia, maka harus memiliki ilmu dunia, siapa yang ingin hidup di akhirat, harus memiliki ilmu akhirat. Sementara jika kita hanya memiliki ilmu agama, berarti kita menyiapkan diri hidup di akhirat, dan kehidupan dunia terabaikan.
Berangkat dari latar belakang tersebut, Pengajian Seneng Takon selalu menghadirkan tema-tema yang kontekstual sehingga dapat langsung diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula dalam edisi bulan ini. Pengajian yang sudah memasuki putaran kelima ini mengangkat tema Ekonomi Digital: Peluang, Tata Kelola, dan Tantangannya.
Seperti sebelumnya, pengajian ini digelar pada tanggal yang sama setiap bulannya, yaitu 19 April 2019. Bedanya, kali ini diselenggarakan di Komplek Q, Pondok Pesantren Al Munawwir, Krapyak, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Pengajian dimulai pada pukul 19.30 WIB. Meski digelar di area pondok pesantren, pengajian ini terbuka untuk umum.
Penggagas sekaligus sebagai pembicara tetap adalah KH. M. Ikhsanudin, M.Si. (Ketua Lembaga Perguruan Tinggi PWNU DIY) dan dimoderatori oleh Micko Cakcoy Pathoknegoro. Untuk menyesuaikan dengan tema, panitia mengundang narasumber tamu, yaitu Mohammad Isnaini (Direktur Utama/CEO Suhu, PT Kata Suhu Kita) dan Mizan Rizqia.
“Kali ini kita mengambil tempat yang berbeda, disesuaikan dengan tema. Yang kita sasar pada edisi ini adalah anak-anak muda, terutama santri. Oleh sebab itu, kita tempatkan pengajian ini di pondok pesantren.” Jelas Budiantoro selaku ketua Pengajian Seneng Takon.
Menurutnya, santri harus memiliki berbagai keahlian praktis yang nantinya bisa dimanfaatkan ketika terjun ke masyarakat. Santri itu agen agama. Maksudnya, ia bisa berada di mana saja dan berprofesi sebagai apa saja, tetapi ia tetap mengemban tugas untuk mentransfer ilmu agama yang dimilikinya kepada masyarakat di mana berada. “Santri tidak harus jadi ustaz atau ustazah.” Tutupnya.
Pernyataan itu diamini oleh KH. M. Ikhsanudin. Menurutnya, di era 4.0 ini santri tidak boleh ketinggalan. Santri harus mampu bersaing di berbagai lini. Banyak santri yang menjadi pengusaha, dan itu bisa dimulai sejak sekarang. Era 4.0 menyediakan fasilitas bagi siapa pun yang mau memanfaatkannya.
“Kuncinya adalah kreatif. Santri harus kreatif, apalagi di era digital ini. Makanya kita hadirkan tema Ekonomi Digital. Kita ingin memberikan gambaran kepada santri tentang optimalisasi ekonomi digital sehingga mendapatkan peluang-peluang yang bisa dimanfaatkan, bisa mengelolanya dengan baik, serta dapat menaklukkan segala tantangannya. Di era ini, santri harus paham ekonomi digital sebab itulah dunia yang mereka hadapi.” Tuturnya.
Oleh sebab itu, untuk meluaskan jangkauan, KH. M. Ikhsanudin juga mengajak IPNU IPPNU Kec. Mantrijeron Kota Yogyakarta untuk ikut aktif dalam pengajian tersebut.
Sebagaimana tradisi Pengajian Seneng Takon, kegiatan ekonomi dalam skala kecil juga disertakan, yaitu stand bazar. Panitia memberikan ruang bagi siapa saja untuk membuka stand bazar selama pengajian berlangsung. Namun harus menghubungi panitia agar dapat ditata rapi. Bagi yang berminat bisa menghubungi Cak Pipin di nomor 085645641872.
Selain itu, dimeriahkan juga dengan berbagai pertunjukan. Di antaranya adalah Hadroh Tsamrotul Muna dan Linda & Friends. Secara terbuka dan gartis, panitia mengundang seluruh masyarakat.
Pengajian Interaktif & Peringatan Isra’ Mi’raj
Sebagaimana namanya, kegiatan ini diadakan oleh Komplek H Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum dalam rangka memperingati Isra’ Mi’raj dengan tema “Nilai-nilai Isra’ Mi’raj, Sejarah Nusantara dan Tantangan Pesantren di Era Kontemporer.”
Pembicara pada kegiatan ini adalah K.H. Agus Sunyoto, M.Pd Pengasuh Pondok Pesantren Global Tarbiyatul Arifin, Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin (Lesbumi) PBNU.
Kegiatan ini diadakan pada hari Jum’at 05 April 2019 di Aula Gedung Komplek H Krapyak. Di mulai pukul 18.30 WIB sampai dengan selesai. Acara terbuka untuk Santri Krapyak dan Umum. Pendaftaran melalui bit.ly/KomplekH atau hubungi melalui WhatsaApp 081372597230.