Kelahiran Karya | M. Jadul Maula

Dari mana suatu karya itu lahir? Kita mungkin bisa menjawab pertanyaan ini dengan suatu susunan kalimat dari unsur kata yang sama: “Suatu karya itu lahir dari mana” (tanpa tanda dan nada tanya). Menarik, kata “mana” memang sering dijadikan kata tanya untuk mencari tahu suatu “keberadaan” atau “keadaan” yang bisa berupa tempat, pengertian, sosok atau situasi tertentu… Akan tetapi kata “mana” sebenarnya bisa diperlakukan sebagai kata benda. Sebagai kata benda ia mempunyai makna tenaga, energi atau daya hidup. Energi hidup (mana) ini tidak hanya terdapat pada manusia, tetapi juga pada binatang, tumbuhan dan bahkan benda-benda. Dan dalam rumpun bahasa Austronesia, kata “mana” mempunyai makna sebagai “kekuatan ruh” yang tak terungkapkan. Dengan demikian, karya adalah daya hidup atau kekuatan ruh yang muncul atau memanifestasi.

Namun kalau daya hidup (mana) ini tidak hanya milik manusia, melainkan juga ada di dalam tumbuhan, binatang dan materi- materi lainnya, lalu apa yang membedakan karya manusia dengan “karya” binatang atau tumbuhan atau bentukan alam lainnya? Agama mengajarkan bahwa manusia adalah mahluk yang paling mulia, karena ia diciptakan menurut “citra Tuhan” dan  ditujukan   untuk   menjadi   wakil   Tuhan   (khalifatuLlah) di atas bumi. Namun, status dan tujuan mulia tersebut tidaklah “given”, melainkan mesti diperjuangkan. Derajat dan martabat manusia bisa jatuh lebih rendah daripada binatang. Status mulia itu karena manusia memiliki kesadaran, yang tidak dipunyai binatang. Dengan kesadarannya ini manusia menyadari dirinya sendiri sebagai makhluk yang mempunyai jiwa-raga dengan semua kompleksitas hubungan antar unsurnya dan kemudian mengatur perilakunya sesuai dengan kesadarannya tersebut. Sehingga di dalam diri manusia muncul kemampuan untuk mengupayakan kemurnian jiwa dan menentukan serta menjalankan sikap hidup yang selaras terhadap Tuhan, sesama warga masyarakat dan sesama makhluk.  Kemampuan  hidup  yang  demikian  inilah,  yang apabila terus dipupuk-kembangkan, akan menumbuhkan dan meningkatkan derajat kemanusiaannya, menuju kepada kemuliaan tujuan penciptaannya sendiri.

Tentunya bukan kebetulan, kalau tema yang dipilih oleh panitia pameran senirupa Kembulan#2 tahun 2019  ini adalah   Nguwongke   yang    bermakna    “memanusiakan” atau memanusiakan manusia. Kenapa manusia mesti dimanusiakan? Karena manusia lebih sering mengalami situasi atau perlakuan tidak manusiawi atau tidak dimanusiakan, sehingga dia hidup tidak sejalan dengan fitrah kemanusiaannya. Perlakuan ini bisa dilakukan oleh orang lain, atau suatu sistem, atau yang jamak tidak disadari – justeru — oleh dirinya sendiri! Oleh karena itu, di dalam tema “Nguwongke” itu terkandung pengertian bahwa “menjadi manusia” itu adalah sebuah tujuan dan untuk mencapainya membutuhkan proses yang kompleks. Manusia di dalam dirinya tersusun dari berbagai anasir jasmani dan rohani yang berbeda-beda fungsi dan perannya, yang terhubung satu sama lain dalam keseimbangan yang dinamis. Untuk “menjadi manusia”  dia  mesti  menjaga  keseimbangan  keseluruhan unsur di dalam dirinya ini, menjadi kesatuan yang melahirkan suatu perilaku atau karya. Dari perilaku dan karyanya inilah derajat manusia dinilai. Perilaku dan karya manusia bisa berbeda-beda, karena perbedaan tingkat kesadaran dan integritasnya. Di dalam proses ini, mesti disadari juga bahwa di dalam perbedaan antar manusia satu sama lainnya itu terdapat rasa dan citra kemanusiaan yang satu. Oleh karena itu, lebih dari sekedar menghormati satu sama lain antar sesama manusia, tujuan kemanusiaan kita untuk “menjadi manusia” mesti diupayakan juga melalui jalan menunjang manusia lainnya di dalam mencapai tujuan kemanusiaannya, melalui penciptaan tata hubungan yang adil di dalam setiap aspek  kehidupan. Termasuk di dalam aspek kehidupan ini adalah lingkungan hidup dengan segenap biosistem di dalamnya. Semuanya berada di dalam satu kesatuan hidup yang dinamis, karena semua bersumber dan berorientasi kepada Sang Maha Hidup, Tuhan Yang Satu. Selamat berkarya dan menikmatinya ….

Situs Payak, 9 April 2019

Label: