Pondok Pesantren Maulana Rumi

Pondok Pesantren Maulana Rumi didirikan oleh Kiai Kuswaidi Syafi‟ie, di Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta , pada 1 Oktober 2011.

Ide untuk mendirikan Pondok Pesantren Sufi, sebenarnya tidak murni lahir dari inisiatif Kiai Kuswaidi Syafi‟ie. Inisiatif tersebut juga datang dari beberapa jama‟ahnya, antara lain: Bapak Najamuddin, Bapak Muhammad Wahib dan Bapak Muhammad Hamdi.

Sebelumnya Pondok Pesantren Maulana Rumi diberi nama “Syarab al-Muhibbin” (Anggur Para Pencinta). Mengingat nama itu kurang familiar untuk masyarakat Jawa. Maka nama “Syarab al-Muhibbin” kemudian diganti menjadi “Maulana Rumi”, yaitu disandarkan kepada salah satu tokoh sufi yang keberadaan sangat terkenal dan memiliki pengaruh yang sangat kuat di wilayah kajian tasawwuf.

Pondok Pesantren Maulana Rumi, mulai ditempati pada 1 Januari 2012, bertepatan dengan perayaan tahun baru.

Secara gambaran umum Pondok Pesantren Maulana Rumi merupakan bagian Pondok Pesantren Tradisional (Salafiyah) dengan ciri-ciri: Dalam aspek pendidikan tidak menggunakan kurikulum dan hanya fokus pada kajian kitab-kitab klasik. Menutup diri dari perkembangan dunia luar dan memiliki pradikma akhirat oriented. Hanya saja kegiatan rutin di pondok ini fokus pada hal-hal yang berhubungan dengan kajian tasawuf, seperti: Fokus mengaji kitab-kitab tasawuf, melatih santri untuk melakukan thirakat dan riyadah dengan secara rutin bershalawat setiap malam kepada Rasulullah Saw di sepertiga malam terakhir, sekitar jam 03:00 wib hingga subuh.

Kontribusi Pondok Pesantren Maulana Rumi dalam bidang pendidikan, yaitu menyempurnakan pemahaman santri mengenai agama Islam dari sudut pandang tasawuf. Dengan demikian santri akan semakin mengetahui sisi-sisi keindahan agama Islam dalam perspektif tasawuf.

Kedua, dalam bidang sepiritual, Para santri juga diajak untuk mempraktikkan hal-hal mendasar dari ajaran tasawuf, seperti : Shalat, puasa, thirakat, riyadhah dan lain sebagainya, untuk meningkatkan kualitas spiritual santri dan untuk melatih kesucian hati dengan belajar mendekatkan diri kepada Allah SWT sekaligus semakin cinta kepada Rasulullah Saw dengan dasar makrifat dan mahabbah.

Ketiga, dalam bidang sosial kemasyarakatan, santri diajarkan untuk membaur dengan masyarakat setempat dalam acara Selapanan yang secara rutin dilaksanakan setiap Sabtu Malam Wage, baik dalam menyiapkan acara, ketika acara berlangsung, maupun ketika acara selesai. Di sisi lain, santri di Pondok Pesantren Maulana Rumi, memahami bahwa sesungguhnya spiritualitas merupakan roda kehidupan yang menggerakkan kehidupan itu sendiri. Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritualitas dengan sendirinya akan memiliki kemampuan membangun hubungan sosial yang baik.

Label: