2022 04 15 | Gus Hilmy Dorong Terwujudnya Bhinneka Tunggal Ika di Ruang Digital

Anggota MPR Ri Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A. menyatakan bahwa anak muda saat ini harus membekali diri dengan literasi media agar tidak mudah terpengaruh berita buruk di media digital. Kemampuan literasi media, menurutnya akan mampu membuat kita memilah informasi yang benar-benar valid.

Pernyataan itu disampaikan dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPRI RI di Aula Gedung Putih Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta dengan tema Mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika di Ruang Digital pada Jumat (15/04/2022).

Pria yang juga Katib Syuriah PBNU itu mengatakan bahwa dunia digital saat ini memungkinkan seseorang terhubungan dengan dunia luas dalam satu klik. Meski demikian, terdapat keprihatinan dalam memanfaatkan dunia digital tersebut.

“Sekali klik, bisa terhubung. Yang membuat prihatin adalah, semakin banyak yang menjadi bhinneka, bukan malah tunggal ika. Oleh sebab itu, ruang digital yang begitu luasnya, diharapkan mampu menjadikan kita mengisi ketunggalikaan di ruang digital,” kata pria yang akrab Gus Hilmy tersebut di hadapan para santri.

Menurut Gus Hilmy memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan kehebatan sendiri sebagai bangsa. Berbeda, menurutnya adalah fitrah, hal lumrah. Namun jika bisa menjadi Ika, tentu itu adalah hal yang hebat. Sebab tidak semua orang bisa menerima segala perbedaan.

“Tentu, Bhinneka Tunggal Ika memberikan pengertian kepada kita bahwa hebatnya kita ini bukan karena berbeda. Berbeda itu biasa, tidak istimewa. Kita semua memiliki perbedaan. Yang hebat adalah bagaimana setiap perbedaan itu bisa menjadi tunggal ika. Berbeda bukan sesuatu yang diupayakan, sementara untuk Ika, harus diupayakan dan perlu menyadari penyatuan. Penyatuan seperti keluarga. Hebatnya keluarga bukan karena ada suami atau istri. Hebatnya anak, juga karena bisa menjadi penerus keluarganya,” katanya.

Hadir pula sebagai pembicata dalam kesempatan tersebut adalah Pengasuh GP PP. Krapyak Yogyakarta, Widyawan, ST., M. Sc., Ph.D dan Dekan Fak. Saintek UIN Sunan Kalijaga Dr. H. Fathurrahman Ghufron, M.Si.

Widyawan menyampaikan bagaimana polarisasi terbentuk di media digital. Menurutnya, penyebab utamanya adalah dinamika politik.

“Polarisasi terbentuk biasanya karena isu politik yang menguat. Untuk menghindarinya, beberapa node perlu berperan sebagai binary spanner,” katanya dosen UGM tersebut.

Baca Juga: Artikel Sosialisasi 4 Pilar MPR RI

Polarisasi itu juga terbentuk karena karakter netizen atau pengguna internet itu sendiri. Netizen di Indonesia, menurutnya, cenderung cerewet dan mudah membagikan informasi tanpa mengkonfirmasi validasinya.

“Media sosial dapat menjadi penggalangan. Baik untuk penggalangan sosial maupun politik. Minusnya, di Indonesia penggunaan sosial media 70% dan para penggunanya relatif cerewet, apa-apa dishare. Namun sebaliknya, tingkat literasi masyarakat kita rendah” katanya.

Menutup pertemuan, Fathurrahman menyampaikan tentang bonus demografi di Indonesia yang semestinya mampu dijadikan sebagai modal utama untuk mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika di ruang digital dan membendung arus polarisasi.

“Jembatan taaruf itu dengan menuntut ilmu. Kita saling mengenal dalam konteks keilmuan. Yang menjadi polarisasi atau konflik adalah karena masing-masing berdiri sendiri tanpa meghubungkan dengan lainnya. Sementara itu, satu hal memiliki hubungan dengan banyak hal atau banyak ilmu. Perbedaan itu tidak hanya lintas disiplin, yang dalam satu disiplin saja bahkan terjadi banyak polarisasi. Hal ini terjadi ketika seseorang hanya meyakini satu kebenaran,” kata dosen UIN Sunan Kalijaga tersebut.

Label: