2011 05 21 | Sosialisasikan 4 Pilar, Gus Hilmy Ajak Santri Lestarikan Tradisi Syawalan

Tradisi Syawalan adalah tradisi khas Indonesia, dimulai oleh Walisongo awalnya di Pantura (Pantai Utara Jawa). Tradisi ini tidak bertentangan dengan budaya Jawa, tetapi justru akomodasi Islam terhadap budaya Jawa. “Mangan ora mangan sing penting kumpul” adalah ungkapan Jawa karena senang terhadap perkumpulan. Disesuaikan dengan konteks Ramadhan, meluapkan rasa syukur setelah puasa kemudian ada syawalan.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A. dalam acara Sosialisasi 4 Pilar MPR RI dengan tajuk Merawat Kebhinekaan dengan Syawalan di Kompleks H Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta pada Jum’at (21/5) pagi.

“Sebagai sebuah tradisi, Syawalan merupakan ajang silaturahmi, dan ini tetap harus dilestarikan, maksud utama Syawalan adalah memupuk persaudaraan dan persatuan, ada yang lebih luar biasa pada tradisi Syawalan adalah adanya “maaf-maafan, saling meminta maaf” sehingga tradisi ini akan memperkuat persatuan,” ujar pria yang juga akrab disapa Gus Hilmy tersebut.

Gus Hilmy berharap, momen ini menjadi transformasi spirit bagi kemajuan bangsa Indonesia, terutama dalam memperkuat keharmonisan bangsa. Sebagai negara heterogen yang terdiri dari berbagai keberagaman, tentu upaya memupuk persaudaraan kebangsaan sangatlah penting di tengah bangsa yang majemuk. Itu artinya, spirit Syawalan ini patut kita tularkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lebih lanjut, Anggota Komite III DPD RI ini juga menyampaikan bahwa momentum Syawalan sudah semestinya dimaknai tak sekadar sebagai artikulasi fisik semata, seperti tradisi bersalam-salaman dan makan-makan atau ajang pertemuan. Tetapi, lebih dari pada itu dapat ditransformasikan secara budaya dalam mempererat tali persaudaraan kebangsaan kita. 

Acara yang dipandu oleh M. Wahyu Arif ini juga menghadirkan dalang muda Miko Cakcoy Pathoknegoro. Menurutnya, sebagai orang jawa, kita semestinya menjunjung tinggi adat dan budaya yang telah diwariskan oleh leluhur kita. Momentum ini merupakan bagian merawat warisan budaya leluhur sekaligus untuk saling memaafkan bahkan saling kenal. 

Label: