Bantul, jagadbudaya.com – Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PR-NU) Desa Panjangrejo Kecamatan Pundong menyelenggarakan Rapat Koordinasi Pengurus Ranting dan Anak Ranting NU se-Panjangrejo (7/01/2020). Kegiatan dilakukan di Dusun Kantongan-Nglembu, Panjangrejo, Pundong, Bantul.
Ketua PR-NU Panjangrejo, Fauzan Lutfiyanto, dalam sambutannya menyampaikan bahwa acara koordinasi tersebut sangat penting sebagai evaluasi organisasi sekaligus memutakhirkan data-data sosial lingkungan NU. Misalnya data kemasjid, data Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) di masing-masing dusun, sekaligus bagaimana langkah lanjut atas hasil Safari Turba (Turun ke Bawah) yang telang dilakukan PR-NU Panjangrejo di seluruh dusun pada bulan Desember 2019.
“Salah satu target yang kita canangkan adalah di tahun 2019 akan dibentuk kepengurusan Anak Ranting NU di tingkat dusun di wilayah Desa Panjangrejo. Alhamdulillah, terpenuhi. Saat ini telah ada 17 Anak Ranting NU (AR-NU). Dari total 16 Dusun di Panjangrejo telah terbentuk 17 Pengurus AR-NU, untuk Dusun Jamprit dibentuk dua AR-NU karena wilayah ini ada dua masjid yang jaraknya berjauhan dan memiliki telah berjalan kegiatan ketakmiran masing-masing, di Masjid Klegen dan Masjid Jamprit,” kata Fauzan Lutfiyanto.
Sebelumnya, Pengurus Ranting dusun tersebut sudah menyiapkan blanko formulir yang kemudian divalidasi bersama dalam pertemuan Turba di masing-masing dusun bulan Desember lalu.
Dari pendataan tersebut diketahui bahwa di desa Panjangrejo terdapat 20 Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), 17 TPQ dalam naungan jam’iyah Nahdlotul Ulama, dan 3 TPQ dalam afiliasi Persyarikatan Muhammadiyah.
Ada fakta unik dan penting dari data tersebut, yaitu terdapat dua masjid yang telah berumur lebih dari satu abad, yakni Masjid Al-Hidayah di Dusun Jamprit dan Masjid Al-Mukminin di Dusun Gedangan. Masjid yang berusia sangat tua itu menurut takmirnya telah ada pada masa kolonial Belanda.
Hal ini dibuktikan dengan data dari Kemenag yang menyebutkan bahwa kedua masjid tersebut didirikan pada tahun 1918.
Menurut warga setempat, Masjid Al Hidayah Jamprit sangat mungkin ada sejak zaman penjajah Belanda. Masjid Al Hidayah adalah ‘masjid tiban’–secara harfiah artinya jatuh dari langit. Masjid sudah ada dari zaman dahulu, warga yang bermukim di sekitaran masjid tidak mengetahui persis kapan masjid ini dibangun. Warga yang tinggal di sekitaran masjid saat ini merupakan anak-cucu dari simbah-mbuyut mereka yang semasa dewasa telah menghuni lokasi itu pada era kolonial Jepang, dan keberadaan masjid sudah berdiri. Sehingga bisa jadi Masjid Al Hidayah telah ada sejak generasi leluhur sebelumnya yakni masa kolonial Belanda.
Temuan ini sebagai bukti atas pentinya Turba yang dilakukan. Selain bisa menguatkan jamaah, juga sebagai upaya untuk update inventarisir “kekayaan” NU.